Rabu, 13 Februari 2013

Jakarta Versus Singpore

Rabu, 13 Februari 2013

Ketika menulis ini saya teringat arti-kata "Peradaban" dari beberapa negara yang saya kunjungi di kawasan Asia. Sejarah bahwa peradaban manusia di mulai dari berburu dan berladang. Sebagian kelompok memilih untuk berladang membentuk komunal. Dalam  proses beratus-ratus tahun akhirnya mereka menghasilkan berbagai penemuan tata kelola bercocok tanam, pengelolaan sumber daya alam, penanggalan waktu dan terus berkembang asal muasal dari sebuah peradaban manusia. Sedangkan sebagian kelompok yang memilih berburu dan berkelana selama beratus-ratus tahun sampai akhirnya memilih untuk menetap. Tentu tampak jelas perbedaan dimana kelompok yang telah memilih bercocok tanam dan berkomunal, telah lama tinggal dan menetap pada suatu tempat terus membangun peradaban, sedangkan kelompok lainnya hanya menghabiskan sisa waktu untuk berburu dan berkelana berkeliling dunia tapi mereka lupa membangun peradabannya.

"Sampai akhirnya mereka menemukan suatu tempat untuk menetap dan membangun peradaban.... datanglah kelompok lain yang lebih dulu mengakui dirinya adalah bangsa yang beradap dengan misi membangun kerjasama perdagangan."

"Kemudian mereka mebangun benteng-benteng pertahanan, mengembangkan infrastruktur, menghubungkan pusat-pusat kegiatan melalui pola jaringan dan simpul, mendirikan sekolah, rumah sakit, dan mereka menerapkan hukum-hukum sebagai syarat suatu peradaban. "

Subyektif saya mengatakan bahwa pada zaman itu peradaban kita lebih maju.. walaupun dalam keadaan terjajah.

"Sampai akhirnya kita sadar.. siapa yang telah membangun peradaban kita?"


So What... Civilization?

kenyataanya sampai hari ini hukum di negara kita lemah, kurangnya kesadaran hukum dan oknum dari penagak hukum itu sendiri.

Belajar dari Singapura dalam membangun peradabannya... saya mengagumi sosok Leadership "Lee Kuan Yew" Perdana Menteri Singapura (1965-1990). Dia adalah seorang planner sekaligus orang yang mengerti tentang kebijakan publik kemudian menerapkan di negaranya. Dia sadar bahwa untuk membangun sebuah peradaban maka pertama yang dilakukannya adalah menegakkan Law (eh.. elo orang Jakarta datang kemari buang sampah sembarangan denda 5 dollar), ternyata standar peradaban mensyarakatkan itu yaitu sanitasi  "There is no true sign of civilization culture than good sanitation", Stobart.

Langkah Lee.. kemudian melakukan pembenahan infrastruktur dan penataan kawasan di lakukannya selama 30 tahun, hasilnya Singapura Sekarang.




bersambung.....

Rabu, 05 Oktober 2011

OGH Expo 2011



Organic, Green & Healthy Expo (OGH Expo)
C3 Building, Puri Indah, Jakarta 
7- 9 Oktober 2011
Latar Belakang
Masyarakat di Indonesia, khususnya kota-kota besar sudah sangat membutuhkan informasi yang benar dan lengkap mengenai Gaya Hidup Sehat. Dan perilaku ini harus ditinjau dari berbagai aspek kehidupan
Produsen, Pemerhati, Asosiasi, Komunitas, Pengguna dan Penggemar ‘Green, Organic & Healthy Living di Indonesia selayaknya berkumpul, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki produk dan layanan yang berkualitas, yang patut dibanggakan.
Tujuan
Expo ini bertujuan untuk menunjukkan pada masyarakat banyak, terutama masyarakat Indonesia dan dunia, bahwa bangsa Indonesia memiliki produk dan jasa layanan yang berkualitas, mengusung kesehatan jasmani dan rohani bagi para pemangku kepentingannya, serta memperdulikan lingkungan dan sesama
Expo yang akan mengusung berbagai jenis produk dan jasa, berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini ingin menunjukkan bahwa Organic bukan hanya berupa makanan, tetapi Organic adalah Lifestyle, dan gaya hidup inilah yang akan disosialisasikan dan diusung dengan gamblang.

"ORGANIC, GREEN & HEALTHY EXPO OF INDONESIA 2011" 
Diselenggarakan Oleh :

Ajang pemilihan Entrepreneurship dibidang Organic, Green & Healthy

dipersembahkan oleh Reader's Digest Indonesia.
Hadiah menarik bagi para pemilih yang datang ke Expo, dan hadiah yang sangat berharga bagi pemenangnya. Serta puluhan souvenir dan goodie bag pada saat pengumuman pemenang di akhir acara.
Silakan daftar sebagai pemilih dengan datang dan mengunjungi Expo yang akan digelar di:
C3, CNI Building, Puri Indah
Depan Walikota Jakarta Barat, sebelah PX & St. Moritz
7, 8, dan 9 Oktober 2011

Senin, 03 Oktober 2011

The Rough Guides France


The Rough Guide to France 10 (Rough Guide Travel Guides) 
1360 pages | Dec 12, 2007 |ISBN:1843537974 | PDF | 114.8 Mb 

The Rough Guide to France is your definitive handbook to one of Europe''s most beautiful countries. From Bastille Day celebrations and the spectacular Amiens cathedral to wintersports in the Alps and the famous Tour de France, this guide captures all of France''s highlights in a full colour introduction. The top hotels, bars and restaurants are all uncovered in the detailed listings section with the new ‘Author’s Pick’ feature highlighting the very best options. There are plenty of practical tips on a host of outdoor activities from hiking and sailing to windsurfing and rafting 
Download Link :

Sabtu, 01 Oktober 2011

Ultimate Journeys Auckland (New Zealand)


Ohakune Station

Kami melakukan perjalanan ke Selandia Baru pada bulan Desember tahun lalu, dalam rangka kegiatan menghadiri undangan organisasi komite mewakili perusahaan di School of Engineering and Advanced Technology Massey University, Palmerston North dengan itenerary perjalanan kami yaitu 5D4N.




Set off dengan penerbangan Qantas Airways dari bandara Soekarno Hatta International Airport Jakarta pukul 8.20 p.m. menuju Auckland Airport via Sydney. Tiba di Sidney pukul 7.30 a.m. transit sekitar 4 jam. Dari Sydney pukul 11.35 a.m. dan tiba di Auckland pukul 4.55 p.m. dengan total durasi perjalanan Jakarta ke Auckland sekitar 12 jam.


Setibanya di Auckland Airport, dari bandara ke Auckland City dengan menggunakan Airbus Express (tarifnya 16 USD). informasi tarif bus bandara Maxx Auckland Tranport

Auckland Transport
Di Auckland City rute akhir central bus stasiun Britomart, kami keluar menuju Quay Street untuk makan siang dan bertemu teman kuliah satu almamater yang sedang melanjutkan program master's degree di Auckland University of Technology.

Airbus Express


Walau hanya malan siang dengan kings Auckland dan sebotol air mineral cukup untuk menyimpan tenaga sampai nanti malam. Selepas Makan siang dari Quay Street menuju Britomart Station untuk reservasi tiket kereta ke Palmerston North besok harinya pukul 07.30 a.m.

Dari Britomart kemudian menuju Queen Street katanya sepanjang perjalanan ini banyak penginapan. Queen St merupakan kawasan strategis dekat dengan Auckland Britomart Transpot, dan banyak terdapat cafe, dan bar, perkantoran dan pertokoan. Disini perkantoran dan pertokoan biasanya sudah mulai tutup selepas jam 5 sore. 


Queen Street Auckland
Bitromart Station, Quay Steet
Kami menginap di Base Backpacker Auckland, dan selepas makan malam kami menuju Victoria St Outside Sky Tower untuk melihat panorama malam Auckland City dari atas menara pada ketinggian 222 m.

Auckland Sky Tower
Night View at Auckland
The View  of Auckland City at Night
Di lantai dasar menara ada pertunjukan orang Maori suku asli New Zealand, pengunjung bisa melihat pertunjukan gratis, sangat menarik dan dikemas sangat baik.



Hari Kedua, check out dari Base Backpacker Auckland dan menuju Train Station Britomart untuk berangkat ke Palmerston North menggunakan kereta Overlander. rencanananya di Palmerston North selama kurang lebih  2D2N, setelah kegiatan selesai besok harinya kembali lagi ke Auckalnd dan memanfaatkan sisa waktu satu hari di Auckland untuk City Tour ke Devonport salah satu daerah tertuat dan View Point of Mount Victoria.

Bitromart Station Centre

Sepanjang perjalanan dari Auckland menuju Palmerston North melewati Tongariro Natioanal Park dan Ohakune. New Zealand memang perpaduan yang menajubkan antara moderenitas dan tradisi, struktur bangunan yang unik dan tertata, ternak sapi dan domba yang gemuk dan sehat dengan rerumputan yang segar, kawasan persawahan yang kaya dan subur, danau dan laut yang diapit oleh pegunungan dan bukit. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa Petter Jackson menjadikannya lokasi syuting beberapa seri film Lord of The Ring, kemudian Steven Spielberg sutradara film Jurasic Park juga pernah menjadikan salah satu lokasi syuting di New Zealand atau yang biasa dikenal dengan sebuatan Selandia Baru.
Ultimate Journeys Auckland (New Zealand)
Video Clip




Durasi perjalanan memakan waktu kurang lebih 10 Jam karena beberapa kali transit, kami berangkat pukul 07.25 a.m. dan tiba Palmerston North pukul 17.00 p.m. dengan harga tiket USD 123 . dan Sore itu kami langsung menuju daerah Lincon Street menggunakan bus. Kami menginap di Kingsgate Hotel.



Hari Ketiga, mengikuti kegiatan komite dari pagi sampai malam, acaranya sangat padat dari presentasi, dan penutupannya ada jamuan makan malam dan pertunjukan budaya.

View of the  Massey University 





Palmerston North adalah kota utama dari daerah Manawatu -Wanganui di Pulau Utara Selandia baru yang memiliki wilayah pertanian yang subur. Terlihat Lalu Lintas kendaraan sangat lenggang terasa seperti di Jakarta pada saat hari raya Idul Fitri.

Church Steet @ Palmerston North 6.30 a.m. 


Tremaine Ave
Selepas acara kami harus bersiap-siap untuk kembali ke Auckland besok pagi pukul 10.00 a.m. dengan menggunakan rute penerbangan Air New Zealand dari Palmerston North Airport menuju Auckland. Harga tiket pesawat USD 105.

Air New Zealand
Tiba di Auckalnd Airpot pukul 11.05 a.m. langsung menuju 237 Queen St untuk check in penginapan Base Backpacker Auckland. Setelah makan siang kami menuju stasiun ferri untuk membeli langsung tiket ke devonport, pemberangkatan setiap 30 menit denganharga tiket 10 NZD.

Ferri Building @ Auckland 14.00 p.m.




Dari Auckland membutuhkan waktu 10 menit menuju Devonport dengan menikmati pemandangan sepanjang pantai.





dari Devonport kami berjalan melewati jalan Victoria menuju Mount Victoria sekitar 20 menit untuk melihat pemandangan terbaik dari Auckland City. di sepanjang jalan Victoria banyak terdapat kafe dan restouran kuno, galeri seni, toko butik, Victoria Place Teater.



di Devonport terdapat patung Frank Lynch's, patung ini sebagai ikon Devonport untuk memperingati semua tentara  yang meninggal dalam pertempuran.

View Poin of Mt Victoria@Devonport 16.30 p.m.

Selepas Sunset di Mt. Victorian kami kembali ke Devonport menuju Auckland City untuk beristirahat.
Ultimate Journeys Auckland (New Zealand) :  archive traveller



Jumat, 30 September 2011

Traver Leisure Southeast Asia 2011


Travel + Leisure Southeast Asia - October 2011 
English | PDF + HQ PDF | 148 pages | 63.7 + 109.9 Mb 

Travel + Leisure Southeast Asia is the regional edition of the world’s biggest—and most trusted—travel magazine brand. Every month, Travel + Leisure Southeast Asia inspires its readers to experience stunning adventures; explore cutting-edge hotels, spas, shopping and more; and travel in sensational style, armed with hands-on, up-to-date, accurate and practical travel information. A chic, stylish and authoritative guide for today’s traveler within Asia and beyond, Travel + Leisure Southeast Asia is the must-read guide to all that Asia has to offer.

Download Filesonic :

Download Wupload :


Kamis, 22 September 2011

Social Media Fest 2011

SocMedFest 2011 di fX LifeStyle X'nter, Senayan, Jakarta, tanggal 22-24 September 2011.

Social Media Fest 2011 dengan tema “Social Media is YOU” adalah pesta akbar komunitas media sosial dari berbagai macam individu, komunitas, hingga brand. Sebagai negara dengan pengguna Facebook terbesar kedua di dunia dan negara teraktif ketiga di Twitter, terdapat potensi yang besar tentang pemanfaatan media sosial, dari kepentingan bisnis hingga komunitas.
Tepat dua minggu setelah lebaran, Social Media Fest 2011 ditujukan sebagai ajang komunitas media sosial saling bertemu dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, baik antar sesama komunitas, penikmat media sosial maupun dengan industri dan pemilik brand.

Social Media Fest 2011 untuk pertama kalinya digelar di seluruh area venue, 7 lantai gedung fX, lengkap dengan free wifi di seluruh gedung, serta panggung dan tenant yang siap digunakan untuk semua komunitas media sosial dan penikmat media sosial yang mendaftar tanpa dipungut biaya.

Partisipasi yang akan ada berasal dari para individu, komunitas, media, perusahaan pemilik brand yang memiliki akun Facebook, Twitter, blog, YM, dll. Tidak hanya itu, acara ini juga menyediakan saran diskusi yang berlangsung pada event selain eksebisi, serta music performance dan berbagai acara lain termasuk rangkaian kegiatan post event.

Selain itu, komunitas di kota lain juga bisa turut menggelar Social Media Fest 2011, dengan cara menentukan tempat untuk kopi darat dengan akses internet sehingga pada jam tertentu, saat acara, bisa melakukan live streaming dengan kota-kota lain.

Perkembangan media sosial tidak hanya dari layanan yang berhubungan dengan layanan luar, seperti yang disebutkan di atas, banyak juga layanan lokal dan startup yang memanfaatkan gemarnya pengguna internet Indonesia akan elemen sosial. Mulai dari jejaring sosial tersegmentasi, layanan berbasis lokasi, social media analytics serta bebagai layanan lain.

DailySocial memang tidak banyak membahas berbagai hal yang berbau media sosial secara langsung, namun dengan pertumbuhan pengguna media sosial di Indonesia yang sangat besar, muncul juga startup dan layanan yang melayani segmen ini, dan banyak dari mereka mendapatkan sambutan yang cukup bagus, baik dari pengguna maupun dari sisi peluang bisnis.

So, mari kita tunggu rangkaian acara Social Media Festival ini, termasuk acara pra event yang juga anti akan digelar. Informasi lengkap bisa dilihat di Socmedfest.com serta tunggu kabar selanjutnya di DailySocial.

Sabtu, 17 September 2011

Classic Peaks Without The Crowds

Backpacker - September 2011 
English | HQ PDF | 88 pages | 103.3 Mb 

Backpacker Magazine is an American publication that features information on wilderness hiking and adventure. It has been published since 1973. Backpacker magazine is currently published by Active Interest Media and is based in Boulder, Colorado. The magazine moved from Emmaus, Pennsylvania to Boulder in August 2007. The first issue of Backpacker appeared in the spring of 1973. The editor's note written by founding editor William Kemsley explains, "It took us three years to put together the first issue of Backpacker. In that time we debated some serious questions among ourselves." The note describes the founding editors' worries that America in the early 1970s did not contain a backpacking community large enough to support a magazine. It also expresses Kemsley's goal to support the magazine primarily through subscriptions rather than advertising. Published nine times a year, Backpacker is a magazine of wilderness travel, offering practical, "you can do it, here's how" advice to help you enjoy every trip. Filled with the best places, gear, and information for all kinds of hiking and camping trips, each issue delivers foldout maps and stunning color photography. 

Download File :